Jumat, 19 Juli 2013

Him Queen : Gilang be my boss ( cont )

entah kenapa nada suara gilang semakin meninggi , matanya juga semakin tajam menatapku , tangannya menggenggam erat tanganku . dan aku merasa lebih ketakutan dari sebelumnya ... semuanya terasa aneh saat itu. Tak terasa air mataku jatuh... aku menangis terisak dan membungkam mulutku karna takut akan terdengar keluargaku dan keluarga gilang. Aku lihat gilang mulai panik melihatku menangis seprti ini , tapi jujur aku sangat takut dengan sikap gilang yang seperti itu. Aku tidak bisa mengontrol air mataku. Dengan sigap gilang langsung memelukku dan mengusap rambutku.
“citra tolong jangan menangis.. maafkan aku , aku tadi terlalu keras ya, pasti itu membuat kamu takut, maafkan aku citra.. tolong jangan menangis “ .
suara gilang sangat cemas , dia semakin ketakutan melihatku menangis . Tapi sebaliknya seperti terhipnotis tiba-tiba ketakutanku hilang, pelukan gilang selalu membuat aku damai. Dan semuanya terasa  tenang kembali . Entah karna tidak terbiasa dengan bentakan atau hal yang lain yang membuatku menangis tadi , tapi semuanya sudah benar-benar hilang sekarang.
“ Jangan bentak aku seperti tadi ya jelek , aku takut... “ . dengan spontannya aku keluarkan kalimat itu sambil mengusap air mataku yang mulai membanjiri kaosnya.

“iya janji , aku gak akan seperti itu lagi. Maafin aku ya citra cantik “. dia mengangkat kepalaku dan membantuku mengapus air mataku.
aku masih belum memahami bagaimana bisa laki-laki ini mencintaiku seperti ini , sedangkan aku ? bagaimana cintaku selama ini ?? aku pun tidak pernah mau memahaminya.

*****

sial..... hampir saja aku menabrak pengendara jalan ,dan hal itu membuyarkan semua ingatanku tentang bagaimana gilang malaikat tuhan itu mengirimku kesini.
sejak saat itu aku putuskan untuk bersedia pindah ke jogja dan membantu gilang mengelola usaha milik orang tuanya .  setelah acara pertunangan yang kami adakan di surabaya , Gilang segera memboyongku ke jogja. Sayang orang tuaku tidak bisa ikut bersama kami , karna usaha ayah di surabaya pun tidak mungkin bisa dia tinggalkan , ahirnya hanya kak rani yang menemaniku pergi , dengan alasan dia juga ingin meneruskan program S3 nya di salah satu universitas di kota itu. Ibu dan ayah sedikit lega karna ada kak rani yang bisa menjagaku disana, maklum mereka takut anak bungsu yang sangat manja ini akan sangat merepotkan gilang di kota ini.
Tak lama kemudian mobil merah ini sudah membawaku ke butik mama gilang , aku harap pagi ini dia juga bersahabat denganku.  Walaupun secara teknis kepemilikan butik ini sudah jatuh ketanganku entah kenapa kekuatan gilang masih sangat terasa. Gilang selalu menuntutku untuk bekerja sesuai dengan semua keinginannya , butik dan majalah serta beberapa pekerjaan lain semuanya harus sesuai dengan konsep yang dia pikirkan , tak satupun konsepku yang dia setujui.  Dalam hal ini dia benar-benar tidak ingin berkompromi denganku, sekalipun aku merengek dan menangis dia tetap tidak akan mengizinkanku bekerja terlalu keras. Dengan alasan karna dia hanya ingin aku menjaga usaha ini bukan untuk merawatnya susah payah, ia tidak ingin banyak waktuku yang terbuang dalam pekerjaan ini dan ahirnya akan mengurangi perhatianku padanya, semua alasan itu membuatku sedikit geram dan tak habis pikir bagaimana jalan pikiran anak ini sampai hal seperti inipun masih alasan cinta yang dia gunakan. Aku sempat berfikir jangan-jangan anak ini sudah beneran gak waras. Tapi ya sudahlah.. dengan kondisiku yang terhitung masih menumpang, dan alasan sudah berjanji dengan orang tua Gilang aku tidak bisa melakukan pemberontakan apapun, kecuali hanya menunggu gilang sadar.
baru memasuki loby butik, semuanya terasa membosankan. Entah karena mood yang sudah rusak daritadi pagi, atau karna memang keadaan seperti ini sudah muak aku jalani. Baru beberapa bulan disini dan semuanya hanya siksaan batin, gilang jauh , kakak yang supersibuk dan jarang bisa aku ajak ngobrol lagi di apartemen , dan pekerjaan yang hambar.apa bagusnya kehidupanku sekarang ?

“ bu ... ini beberapa proyek bulan depan , dan jadwal rapat satu minggu ini yang belum ibu tanda tangani “
 seorang gadis muda, bertubuh kecil , putih, dan bentuk wajah yang oval dengan bulu mata yang lentik, rambut ikal terurai  menggunakan sepatu cat , ,kaos oblong , dan jaket jeans menyodorkan beberapa dokumen ke mejaku. Dia jo sekretaris atau orang kepercayaanku yang mengelola butik ini selama aku mengurusi  pekerjaan diluar, untuk karyawan yang satu ini aku memang sengaja meminta pada gilang untuk mecarinya sendiri, karna aku tidak bisa bekerja dengan orang yang tidak sesuai dengan jalan pikiranku apalagi orang ini akan sering berhubungan denganku . Jo adalah gadis 20 tahun dengan latar belakang yang hanya lulusan SMK, aku berani mengambilnya sebagai karyawanku karena aku suka dengan kepribadiannya yang simple dan tegas serta loyalitas kerjanya yang tinggi.
“ Jo pasokan kain dari kudus sudah datang ?” mataku sibuk mengoreksi dokumen-dokumen di depanku sampai tidak sempat melihat jo ketika berbicara dengannya.

“belum bu “. suara jo terdengar lirih
“belum ? bukannya harusnya hari ini sudah sampai. Aku harus menyelesaikan beberapa design untuk pagelaran bulan depan kan ? “ jawaban jo menambah kekacauanku hari ini. Aku paling tidak suka pekerjaanku tertunda dengan alasan tidak jelas seperti ini.

“cepat kamu hubungi toko dikudus, kalo perlu langsung ke pemiliknya. Aku gak mau tau nanti sore paling lambat kain sudah harus datang. Mengerti jo ?? “ nada suaraku mulai meninggi kepada jo, aku lihat wajahnya yang polos sedikit menunduk dan menggambarkan pemahamannya terhadap perintahku barusan.
iya bu saya akan segera hubungi “. jo membalikkan badan dan keluar dari ruang kerjaku.

ingtanku kembali menerawang bebas ke luar jendela yang berada di belakang kursi kerjaku, aku beranjak dan membuka jendela lebih lebar untuk membiarkan angin segar menyentuh kulit2 di tubuhku dan membuang semua kekesalanku hari ini.
tiba-tiba aku sangat merindukan gilang, entah kenapa sejak aku berada disini aku lebih sering merindukannya daripada ketika aku di surabaya dulu, walaupun keadaan masih sama-sama jauh tapi disini aku lebih takut , aku takut ada sesuatu yang aku alami disini dan gilang tidak bisa memelukku untuk melindungiku lagi.
tiba-tiba gilang menelfon ..
“ citra sudah sampai dibutik , Aku baru saja menelfon jo untuk membelikanmu sarapan. Apa dia sudah melakukannya ?” belum sempat menjawab pertanyaan gilang,  jo mengetuk pintu dan membawa makanan serta sebotol  air mineral diatas nampan yang dia pegang.

aku hanya mengisyaratkan dengan telunjukku untuk menaruh nampan itu diatas meja, dia melakukannya lalu pergi dari ruang kerjaku dengan segera karna mengerti handphone yang sedang aku pegang di posisi telingaku .
“ iya sudah. Terimakasih... tapi aku harap ini untuk yang terahir kalinya. Aku gak suka merepotkan orang untuk hal-hal semacam ini gilang. “
“sudah cepat makan , lalu bergegaslah ke taman di sudut jalan dari arah butik “
“gilang...! tolong hargain aku, setidaknya tanggapi perkataanku tadi. Aku lelah gilang, kamu benar-benar.... sudahlah “
 . rasanya tidak mungkin aku melanjutkan perkataanku, entah kenapa aku tidak pernah bisa harus bersikap sekeras itu dengan gilang.

“iya aku tau, maafin aku citra.. aku janji itu yang terahir. Tolong maafin aku ya “ suaranya benar-benar seperti orang yang menyesal , sepertinya.

“iya, aku juga minta maaf sudah membentakmu tadi. Oyya soal taman.. ada apa disana ? masalah pekerjaan? “ nada suaraku sebisa mungkin aku buat lebih hangat dan bersahabat.

“iya, ada tugas yang harus kamu selesaikan disana. Okey udah dulu ya..aku harus segera meeting sekarang.  Miss you citra.. “.
 Gilang langsung menutup telfonnya tanpa mendegar jawaban dariku.

“Miss you too gilang ......” . aku hanya mampu menghela nafas dan berusaha menyikapi hal ini dengan ikhlas.
Aku penasaran pekerjaan apa yang gilang siapkan untukku ditaman itu , tanpa berfikir panjang dan membuang waktu untuk melamunkan hal-hal menyialkan hari ini, aku segera menghabiskan sarapan yang sudah disiapkan jo , Seporsi Bubur ayam hangat dengan ekstra sambal dan bawang goreng. Sepertinya Gilang sudah mengajarkannya dengan sangat baik. Perutku yang mulai memberontak merasakan aroma bubur yang mulai menerobos hidungku, membuatku tidak basa-basi lagi untuk segera menyantapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar