Ini pagi pertamaku di usia 25 tahun...
Tidak ada yang begitu berubah dariku , hanya mungkin sedikit
lebih tua dari 5 tahun yang lalu.
Juga dimana tempatku berada sekarang , bukan lagi di kota
itu. Kota metropolitan kedua di negara ini.
Temperatur yang sedikit berbeda , suasana budayanya , dan segala perasaan yang terasa
di ibukota jawa tengah ini membuatmu lebih tenang. Setidaknya karna memang
belum ada kenangan yang aku ciptakan disini, baru beberapa bulan pindah kesini
karna alasan pekerjaan membuatku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain
dengan jogja.
Rasanya sangat berat sekali beranjak dari tempat tidur ini
dan kembali bertemu dengan banyak sketsa-sketsa busana, tugasku sebagai
penyunting desain busana milik salah satu majalah ternama disana , terkadang
membuatku jenuh. Semuanya terasa membosankan dan tidak menarik ketika sudah
dihadapkan dengan aturan-aturan yang bertentangan dengan pola pikirku . Aku
sering berfikir disana aku bukan sebagai penyunting mode busana , tapi sebagai
mesin pabrik yang sudah diformulasikan untuk mencetak hal-hal yang akan selalu
sama. Aku tidak bisa berkerja dengan tenang sesuai dengan arah pikiranku,
semuanya terasa tertekan dan kaku .Itu semua karna pacarku adalah direktur
utamanya. Kadang risih mengakuinya sebagai itu , karna hal itulah yang membuat
pekerjaan yang paling aku impikan ini
menjadi paling neraka untukku . Pertemuan kita di paris 3 tahun lalu ketika sama-sama
belajar tentang dunia mode dan fotografi
, berujung pada kisah cinta yang kita
bawa pulang ke Indonesia .
Gilang yang memang berasal dari keluarga yang cukup mampu ,
tidak merasa kesulitan mengembangkan karirnya sepulang dari paris , sedangkan
aku yang hanya berasal dari keluarga biasa dan kala itu harus menjalin hubungan jarak jauh
dengannya harus benar-benar merasakan merintis usaha ku dari nol. Dengan
pengalaman yang sangat terbatas itu aku sangat kesulitan mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan bidang yang aku miliki. Walaupun itu ada , tidak akan sesuai
dengan yang aku harapkan .
Dalam kurun waktu 1 tahun Gilang sudah mulai melebarkan
bisnisnya di bidang design dan mode , beberapa perusahaan milik ayahnya juga
berhasil dia pimpin dengan baik, bebarapa butik milik mamanya yang dia kelola,
dan studio foto miliknya mulai tersebar di beberapa daerah di jawa serta cukup
memiliki Brand yang kuat . Dia memang pribadi yang pantang menyerah dan ulet
dalam menggapai apapun yang dia inginkan , selama dia merintis semua
kesuksesannya itu kita masih bertahan menjalani hubungan jarak jauh ini dengan
cukup baik , sesekali dalam sebulan dia berkunjung ke Surabaya untuk sekedar
melihat keadaanku ,hanya dalam hitungan jam saja dia harus kembali ke jogja
untuk mejalankan setumpuk tugasnya kembali .
Gilang sangat mudah masuk dalam keluargaku , pribadinya yang ramah ,
supel , dan sangat sopan membuat keluargaku tidak perlu waktu yang lama untuk
mempercayakan anak bungsunya ini untuk dia jaga. Gilang.... dia laki-laki yang
membuatku selalu merasa terlindungi jika didekatnya , sikap tegas dari seorang
laki-laki yang dia tunjukkan untuk menjagaku terasa sangat lembut ,
perhatiannya tidak membuatku gerah tapi sangat mencukupi kebutuhanku akan itu,
dan kasih sayangnya adalah satu-satunya bonus yang aku miliki di dunia ini yang
tidak dimiliki oleh orang lain , menurutku. Aku bisa merasakan begitu besarnya
dia menyayangiku dari begitu baiknya dia menjaga hatiku tetap percaya dan tidak
pernah sedikitpun membiarkan air mataku jatuh karena kecewa. Hampir apapun yang
aku mau selalu dia turuti sekalipun menyuruhnya untuk terbang dari jogja ke
surabaya saat itu juga. Iya aku sering sekali membuatnya lelah dengan
sikap-sikapku yang nakal dan sering merepotkannya.
Pernah satu ketika , saat aku benar-benar merindukannya, aku
menyuruh kakakku untuk menelfonnya dan mengatakan bahwa aku kecelakaan ,
walaupun sangat susah untuk merayu kakakku yang bawel itu tapi ahirnya dia pun
menurutiku dan benar-benar membantuku membohongi gilang .
Aku tidak berfikir Gilang akan datang hari itu juga
mengingat bagaimana sibuknya dia disana, Tapi harusnya aku sudah bisa menebak .
Dia datang pukul 23.45 hari itu , dari jendela kamarku aku lihat dia berlari
keluar dari taksi dengan wajah yang sangat panik dan masih memegang tas
kerjanya, itu artinya dia tidak sempat pulang kerumah . Malam itu hujan cukup
deras , dan aku lihat dia tidak peduli sepatu mahalnya menginjak beberapa
genangan air di depan rumah. Tak lama kakakku mengetuk pintu kamarku , wajahnya
terlihat sangat bersalah , mungkin dia merasa telah salah membantuku membohongi
pria sebaik gilang . tak banyak bicara , dia langsung menarik tanganku dan
membawaku menemui gilang yang sedang menunggu di ruang tamu . Dirumah saat itu
hanya ada aku dan kakak, karna ibu dan ayah sedang menjenguk saudara kami di
desa. Aku lihat gilang sedang duduk di
kursi dengan kedua tangan saling menggenggam , wajah yang tertunduk , dan kaki
yang tidak bisa diam bergetar. Aku lihat dia sangat gugup dan cemas , kakakku
semakin jengkel melihatku lalu dia masuk kekamarnya.
Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar