Jumat, 19 Juli 2013

Him Queen : namanya gilang


Ini pagi pertamaku di usia 25 tahun...
Tidak ada yang begitu berubah dariku , hanya mungkin sedikit lebih tua dari 5 tahun yang lalu.
Juga dimana tempatku berada sekarang , bukan lagi di kota itu. Kota metropolitan kedua di negara ini.
Temperatur yang sedikit berbeda , suasana  budayanya , dan segala perasaan yang terasa di ibukota jawa tengah ini membuatmu lebih tenang. Setidaknya karna memang belum ada kenangan yang aku ciptakan disini, baru beberapa bulan pindah kesini karna alasan pekerjaan membuatku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain dengan jogja.
Rasanya sangat berat sekali beranjak dari tempat tidur ini dan kembali bertemu dengan banyak sketsa-sketsa busana, tugasku sebagai penyunting desain busana milik salah satu majalah ternama disana , terkadang membuatku jenuh. Semuanya terasa membosankan dan tidak menarik ketika sudah dihadapkan dengan aturan-aturan yang bertentangan dengan pola pikirku . Aku sering berfikir disana aku bukan sebagai penyunting mode busana , tapi sebagai mesin pabrik yang sudah diformulasikan untuk mencetak hal-hal yang akan selalu sama. Aku tidak bisa berkerja dengan tenang sesuai dengan arah pikiranku, semuanya terasa tertekan dan kaku .Itu semua karna pacarku adalah direktur utamanya. Kadang risih mengakuinya sebagai itu , karna hal itulah yang membuat pekerjaan yang paling aku impikan  ini menjadi paling neraka untukku . Pertemuan kita di paris 3 tahun lalu ketika sama-sama belajar tentang  dunia mode dan fotografi  , berujung pada kisah cinta yang kita bawa pulang ke Indonesia .
Gilang yang memang berasal dari keluarga yang cukup mampu , tidak merasa kesulitan mengembangkan karirnya sepulang dari paris , sedangkan aku yang hanya berasal dari keluarga biasa dan  kala itu harus menjalin hubungan jarak jauh dengannya harus benar-benar merasakan merintis usaha ku dari nol. Dengan pengalaman yang sangat terbatas itu aku sangat kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang aku miliki. Walaupun itu ada , tidak akan sesuai dengan yang aku harapkan .
Dalam kurun waktu 1 tahun Gilang sudah mulai melebarkan bisnisnya di bidang design dan mode , beberapa perusahaan milik ayahnya juga berhasil dia pimpin dengan baik, bebarapa butik milik mamanya yang dia kelola, dan studio foto miliknya mulai tersebar di beberapa daerah di jawa serta cukup memiliki Brand yang kuat . Dia memang pribadi yang pantang menyerah dan ulet dalam menggapai apapun yang dia inginkan , selama dia merintis semua kesuksesannya itu kita masih bertahan menjalani hubungan jarak jauh ini dengan cukup baik , sesekali dalam sebulan dia berkunjung ke Surabaya untuk sekedar melihat keadaanku ,hanya dalam hitungan jam saja dia harus kembali ke jogja untuk mejalankan setumpuk tugasnya kembali .  Gilang sangat mudah masuk dalam keluargaku , pribadinya yang ramah , supel , dan sangat sopan membuat keluargaku tidak perlu waktu yang lama untuk mempercayakan anak bungsunya ini untuk dia jaga. Gilang.... dia laki-laki yang membuatku selalu merasa terlindungi jika didekatnya , sikap tegas dari seorang laki-laki yang dia tunjukkan untuk menjagaku terasa sangat lembut , perhatiannya tidak membuatku gerah tapi sangat mencukupi kebutuhanku akan itu, dan kasih sayangnya adalah satu-satunya bonus yang aku miliki di dunia ini yang tidak dimiliki oleh orang lain , menurutku. Aku bisa merasakan begitu besarnya dia menyayangiku dari begitu baiknya dia menjaga hatiku tetap percaya dan tidak pernah sedikitpun membiarkan air mataku jatuh karena kecewa. Hampir apapun yang aku mau selalu dia turuti sekalipun menyuruhnya untuk terbang dari jogja ke surabaya saat itu juga. Iya aku sering sekali membuatnya lelah dengan sikap-sikapku yang nakal dan sering merepotkannya.  
Pernah satu ketika , saat aku benar-benar merindukannya, aku menyuruh kakakku untuk menelfonnya dan mengatakan bahwa aku kecelakaan , walaupun sangat susah untuk merayu kakakku yang bawel itu tapi ahirnya dia pun menurutiku dan benar-benar membantuku membohongi gilang .
Aku tidak berfikir Gilang akan datang hari itu juga mengingat bagaimana sibuknya dia disana, Tapi harusnya aku sudah bisa menebak . Dia datang pukul 23.45 hari itu , dari jendela kamarku aku lihat dia berlari keluar dari taksi dengan wajah yang sangat panik dan masih memegang tas kerjanya, itu artinya dia tidak sempat pulang kerumah . Malam itu hujan cukup deras , dan aku lihat dia tidak peduli sepatu mahalnya menginjak beberapa genangan air di depan rumah. Tak lama kakakku mengetuk pintu kamarku , wajahnya terlihat sangat bersalah , mungkin dia merasa telah salah membantuku membohongi pria sebaik gilang . tak banyak bicara , dia langsung menarik tanganku dan membawaku menemui gilang yang sedang menunggu di ruang tamu . Dirumah saat itu hanya ada aku dan kakak, karna ibu dan ayah sedang menjenguk saudara kami di desa.  Aku lihat gilang sedang duduk di kursi dengan kedua tangan saling menggenggam , wajah yang tertunduk , dan kaki yang tidak bisa diam bergetar. Aku lihat dia sangat gugup dan cemas , kakakku semakin jengkel melihatku lalu dia masuk kekamarnya.

Continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar